Mengenal Bahaya Virus Corona, SARS dan MERS

Galuhfm (Tasikmalaya) – Dilansir dari Kompas.com Virus corona jenis baru atau 2019-NCoV yang berasal dari Wuhan, China, terus menjalar hingga ke beberapa negara mulai dari Korea Selatan hingga Amerika Serikat. Virus ini ditularkan dari hewan misterius yang masih ditelusuri lebih lanjut.

Gejala yang ditimbulkan virus corona di Wuhan mirip seperti pneumonia atau radang paru-paru, demam, kesulitan bernapas, dan paru-paru yang tidak normal.

Namun, virus corona jenis lain juga sempat menggegerkan dunia dengan mewabahnya Severe Acute Respiratory Syndrome ( SARS) dan Middle Eastern Respiratory Syndrome (MERS).

SARS atau sindrom pernapasan akut parah pernah merebak di China pada 2003 yang ditularkan melalui kucing luwak.

Sedangkan, MERS atau sindrom pernapasan Timur Tengah pernah merebak di Arab Saudi pada 2012 yang ditularkan melalui unta.

Seberapa berbahaya infeksi virus corona?

Dilansir dari ScienceNews (24/01/2020), Ketiga jenis penyakit yang disebabkan virus corona ini berbeda satu sama lain.

Biasanya penyakit yang disebabkan oleh virus corona cukup ringan, hanya mempengaruhi jalan pernafasan bagian atas. Namun 2019-nCoV, SARS, dan MERS berbeda.

SARS menyebabkan kerusakan paru-paru yang berujung kematian. Pada 2003 dan 2004, SARS membunuh hampir 10 persen dari 8.096 orang di 29 negara. Menurut WHO, total 774 orang meninggal dunia akibat SARS.

MERS bahkan lebih mematikan. Sebanyak 30 persen orang terinfeksi penyakit ini. Sejak 2012, MERS telah menyebabkan 2.494 kasus yang dikonfirmasi di 27 negara dan membunuh 858 orang.

Selain itu, MERS juga memiliki kecepatan yang lebih besar dalam penularan virus. Pada 2015, salah satu pengusaha tanpa sadar membawa virus MERS ke Korea Selatan sehingga mengontaminasi sebanyak 186 orang. Penyebaran besar lain dialami oleh 82 orang dalam dua hari ketika dirawat di ruang gawat darurat rumah sakit.

Seorang pekerja dari layanan pembersihan menyemprotkan desinfektan di dalam gerbong kereta sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona yang berasal dari Wuhan, China, di Stasiun Kereta Api Suseo di Seoul, Korea Selatan, Jumat (24/1/2020). Hingga saat ini, sudah 12 negara di berbagai belahan Bumi yang positif mengumumkan terdampak virus corona yang dilaporkan sudah menjangkiti 1.300 orang dan membunuh 41 orang di China.
Sampai saat ini, 2019-nCoV tampaknya kurang ganas. Pada 23 Januari, virus corona baru telah menginfeksi lebih dari 581 orang. Menurut WHO, sekitar seperempat dari mereka menjadi sakit parah. Pada 24 Januari, jumlah infeksi yang dilaporkan telah meningkat menjadi setidaknya 900 orang.

Direktur Institut Alergi dan Penyakit Menular Nasional AS di Bethesda, Anthony Fauci mengatakan bahwa walaupun jumlah korban 2019-nCoV masih lebih sedikit dari SARS dan MERS, angka korban terus bertambah sehingga virus jenis baru ini patut diwaspadai.

Laporan dari peneliti pada 24 Januari di Lancet, 2019-nCoV menyebabkan pneumonia namun jarang menghasilkan pilek atau gejala usus seperti yang dihasilkan SARS dan MERS.

Sebagian besar orang yang terkena dalam kelompok pertama itu sehat, sedangkan kurang dari sepertiga memiliki kondisi medis kronis yang dapat membuat mereka lebih rentan terhadap infeksi.

Seberapa menular virus corona?

Bagi SARS dan MERS, penularan tidak terjadi dari manusia ke manusia. Menurut Fauci, hal itu dikarenakan virus belum sepenuhnya beradaptasi untuk menginfeksi manusia.

“Ini adalah keluarga virus yang dulunya hanya flu biasa. Tetapi sekarang, dalam 18 tahun terakhir, kami memiliki tiga contohnya melompat spesies dan menyebabkan penyakit serius pada manusia,” tuturnya.

Fauci dan rekannya menulis sebuah artikel yang diterbitkan pada 23 Januari di JAMA untuk menggambarkan apa yang mereka lihat sebagai ancaman yang berkembang dari virus corona.

Menurut salah satu pejabat kesehatan, virus corona jenis baru di Wuhan mampu menularkan rantai hingga empat orang. Lima anggota keluarga dari Shenzhen, China, terserang virus ketika mereka mengunjungi kerabat yang terinfeksi di Wuhan.

Wisatawan juga membawa virus dari Cina ke tujuh negara lain, termasuk Amerika Serikat.

Seorang ahli epidemiologi komputasi di Rumah Sakit Anak Boston dan Sekolah Kedokteran Harvard, Maimuna Majumder mengatakan bahwa epidemiolog sedang menghitung seberapa infeksi yang dihasilkan 2019-nCoV.

Angka yang menggambarkan berapa banyak orang yang kemungkinan terinfeksi oleh virus yang baru ditularkan disebut R0.

SARS misalnya, memiliki R0 antara dua dan lima. Artinya dalam populasi yang sepenuhnya rentan, orang yang terinfeksi berpotensi menyebarkan virus ke dua hingga lima lainnya.

“Perkiraan untuk infektivitas rentang virus jenis baru dari perkiraan WHO dari 1,4 hingga 2,5 menjadi jauh lebih besar 3,6 hingga 4,0 perhitungan” ujar Jonathan Read dari Lancaster University di Inggris.

Grup Read memperkirakan bahwa hanya sekitar 5,1 persen kasus di Wuhan yang telah diidentifikasi. Para peneliti melaporkan hasil awal 24 Januari di medRxiv.org.

Sedangkan, sebagian kasus lainnya mungkin tidak teridentifikasi karena banyak orang yang hanya memiliki gejala ringan atau tidak sama sekali sehingga enggan untuk memeriksa ke dokter.

Majumder dan kolega Harvard Kenneth Mandl menggunakan metode yang berbeda untuk menghitung R0 untuk virus baru. Berdasarkan kasus yang dilaporkan pada 22 Januari, penularannya turun dari 2,0 menjadi 3,3. Hasil mereka diposting ke SSRN pada 23 Januari.

Sementara itu, Christian Althaus dan Julien Riou, keduanya dari Universitas Bern di Swiss, memposting data ke Github yang mendukung perhitungan mereka bahwa infektivitas virus baru adalah antara 1,4 dan 3,8. Masing-masing perhitungan tersebut sampai pada menggunakan metode yang berbeda.

Meskipun sedikit berbeda, mereka tumpang tindih, dan Majumder mengatakan yakin bahwa jumlahnya akan sama. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *